Topik: Manajemen Kelas
Judul: Cara Guru
Mengatur Kelas agar Efektif
Cara Guru Mengelola
Kelas Agar Efektif
Guru yang telah memiliki jam mengajar cukup lama tidak banyak mengalami
kesulitan dalam mengelola kelas waktu berlangsungnya proses pembelajaran.
Berbeda dengan guru baru yang belum memiliki jam mengajar yang banyak.
Kebanyakan diantara mereka masih mencari bentuk atau pola dengan mencontoh
gurunya yang mereka sukai pada waktu mengajar. Tidak terlintas dibenaknya bahwa
yang dihadapi ini bukan dirinya pada waktu dahulu. Akibatnya proses interaksi
belajar mengajar yang dikembangkan terkesan foto copy dari cara gurunya
mengajar pada masa lalu.
Pola berfikir demikian ini banyak terjadi, terutama guru yang memiliki
pengetahuan dedaktik-metodik pengajaran yang minim. Pada lembaga-lembaga kursus
peluang terjadi serupa ini sangat besar, karena para instrukturnya kebanyakan
tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pengalaman pengelolaan kelas
sesuai dengan asas dedaktik. Akhirnya proses interaksi belajar-mengajar yang
dikembangkan penuh sesak dengan transfer pengetahuan, minim transfer
keperibadian. Akibat lanjut kelas menjadi tempat penuangan bejana, bukan tempat
berinteraksi.
Jika hal tersebut dilihat dari konsep bisnis, tidak menimbulkan persoalan,
karena kelas dipandang sebagai medan pertemuan antara yang sama-sama
membutuhkan. Siswa membutuhkan penguasaan ilmu sebanyak-banyaknya dalam tempo
sesingkat-singkatnya. Sedangkan instruktur membutuhkan imbalan materi
sebanyak-banyaknya dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Persoalan akan menjadi berbeda jika dilihat dari hakekat pembelajaran. Apabila
tujuan kelembagaan yang kita bangun bertujuan untuk pengajaran, maka
pengelolaan kelas secara substansial dengan aspek bisnis benar adanya; namun
jika tujuan kelembagaan yang kita bangun bertujuan untuk pendidikan, maka tidak
begitu tepat. Filosofi ini juga yang akan mendasari bagaimana manajemen
pengelolaan kelas dibentuk atau dikembangkan.
Namun demikian ada sejumlah rambu-rambu umum yang dapat dijadikan acuan baik
pada konsep pengajaran maupun pendidikan:
1. Kelas dikelola dengan pola ”semua keperluan”.
Maksudnya bahwa kelas di seting sedemikian rupa untuk dapat melayani semua
kepeluan dari para pengguna kelas. Model kelas serupa ini banyak dijumpai pada
tempat pendidikan negara-negara berkembang. Kelas seolah ”ruang swalayan”atau
one stop service, semua keperluan untuk guru dan murid ada di sana. Kelas
seperti ini jika diperuntukkan kelas lembaga kursus memang menjadi idaman bagi
para muridnya, karena merasa dimanjakan untuk mendapatkan pelayanan. Bahkan
konsep pelayanan prima sering disalahartikan bahwa kelas serupa inilah yang
ideal. Jika konsep ruang kelas sebagai proses pendidikan, maka tidak semua
kepentingan guru dan murid harus ada di sana. India salah satu negara yang
menganut paham ruang kelas adalah ruang penyelenggaraan pendidikan mandiri.
Oleh sebab itu keperluan-keperluan pribadi murid tidak selamanya ada dan
tersedia di kelas.
2. Pencahayaan dan Kebisingan
Kedua hal di atas pada akhir-akhir ini sering diabaikan oleh pengelola sekolah
dalam menata kelas sebagai tempat belajar. Banyak tempat-tempat pendidikan
pencahayaan ruang tidak menjadi prioritas. Di samping aspek cahaya juga aspek
sirkulasi udara. Akibatnya para siswa yang belajar cepat merasa lelah karena
pengaruh dari pendengaran dan penglihatan.
Hambatan-hambatan fisik serupa ini banyak sekali terjadi di kota-kota besar,
akibatnya kita sering melihat pelajar begitu selesai jam belajar, tampak di
raut wajahnya tanda-tanda kelelahan yang begitu penat. Hal ini di samping beban
pelajaran yang diperoleh, juga karena faktor sanitasi lingkungan kelas yang
tidak mendukung. Akibatnya semua itu menumpuk pada diri siswa sebagai peserta
didik. Akibat lanjut dapat dibayangkan bagaimana lelahnya para siswa, dan ini
tampak pada raut wajah mereka masing-masing pada saat selesai proses
pembelajaran.
Kelelahan ini semakin menjadi-jadi jika beban pembelajaran tidak sebanding
dengan kemampuan tubuh menerima tekanan akibat dari ketidak sehatan lingkungan.
Kondisi lingkungan yang ideal memang sulit diperoleh di daerah kota-kota besar,
akan tetapi paling tidak ada upaya teknologi yang dapat dilakukan agar dampak
dari lingkungan dalam arti fisik dapat dikurangi resikonya. Sebagai contoh
untuk mengurangi tingkat kebisingan suara pada kelas tertentu dapat digunakan
dinding peredam, atau gerahnya suatu ruang dapat ditanggulangi dengan
pemasangan AC, dlsbnya. Tampaknya aspek teknologi menjadi hal yang penting
sebagai jalan keluar untuk menghadapi tantangan alam.
3. Tata letak pengaturan kursi
Jarak antara kursi satu dengan kursi untuk siswa tidak ada aturan baku, hanya
pada konsep psikologi sosial disinggung bahwa setiap manusia memiliki teritori
atau wilayah pribadi. Beberapa penelitian yang dilakukan Morgan (1970)
ditemukan bahwa orang merasa aman jika wilayah sekitarnya memiliki jarak
lingkar sekitar 0,5 s/d 1,00 m. Sedangkan jika lebih dari itu mereka akan
merasa tersingkirkan dari lingkungan.
Berdasarkan itu kita harus berhati-hati dalam menyusun kursi. Kita harus
mengetahui susunan kursi itu untuk keperluan apa. Jika untuk kepentingan
belajar, maka wilayah privacy harus diciptakan, sebab banyak diantara siswa
merasa tidak nyaman karena tidak memiliki wilayah privacy. Sebaliknya jika itu
untuk diskusi, maka jarak antar kursi harus sedikit rapat guna memudahkan
mereka membangun wilayah bersama.
Oleh sebab itu tempat belajar ideal bagi siswa ialah apabila tempat duduk
mereka dapat dengan mudah dipindahkan sesuai kebutuhan. Cara ini memang sudah
banyak dilakukan di tempat-tempat belajar, akan tetapi untuk kelas permanen
seperti sekolah sangat berbeda dibandingkan dengan tempat kursus. Tempat kursus
lebih leluasa dalam mengatur tempat duduk, karena itu kita harus memahami jika
tempat kursus akan mendapat perhatian dari pelanggan, penyusunan kursi
merupakan skala prioritas yang harus tetap diperhatikan dan mampu menarik minat
pelanggan.
4. Dinding dan Papan Tulis
Dinding dimaksud dalam hal ini adalah warna dinding ruang belajar atau kelas.
Banyak penelitian menyatakan bahwa warna ini mempengaruhi kondisi psikologis
dari orang yang berada di ruangan tersebut. Untuk kelas belajar sangat
disarankan warna yang dipilih adalah lembut, bukan cerah atau gelap.
Sedangkan papab tulis yang digunakan harus kontras karena akan mempengaruhi
hasil tulisan. Adapun beberapa jenis papan ajuran yang seyogyanya ada pada
lembaga pendidikan adalah:
1.Papan tulis
2.Papan putih
3.Papan magnetik
4.Papan Flip
5.Papan Pameran
6.Papan Flanel
7.Papan Gulung
8.Papan Slip
9.Papan Elektronik
Papan di atas dapat diadakan sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran didalam
kelas. Namun perlu diingat keberadaan papan tersebut haruslah sesuai dengan
fungsi. Amat tidak bijak apabila kita membentang semua papan itu di dalam ruang
kelas, karena di samping mempersempit ruang juga mengganggu pemandangan.
5.Lantai ruang
Lantai ruang dimaksud adalah lantai ruang belajar yang digunakan untuk proses
pembelajaran. Ada sebagaian pendapat ruang belajar harus ditutup karpet, ada
sebagian yang berpendapat tidak harus. Pendapat ini tidak perlu dipertentangkan
karena kedua hal ini tidak berkait langsung dengan proses belajar. Hanya yang
dipentingkan adalah kenyamanan yang tercipta karena warna lantai. Beberapa
penelitian menemukan bahwa warna lantai akan lebih banyak mempengaruhi
pandangan jika kursi yang dipakai adalah model kursi kuliah. Sedangkan jika
tempat duduk dilengkapi meja, hal tersebut tidak terlalu berpengaruh pada
pandangan mata. Informasi lain menunjukkan bahwa warna dasar lantai cerah lebih
berpeluang meimbulkan rasa segar pada pandangan dibandingkan dengan warna
gelap. Untuk ini alangkah bijaksananya jika kita ingin membangun ruang belajar
berkonsultasi terlebih dahulu pada ahlinya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa tempat bekerja, areal kerja, suasana kelas sangat
tergantung pada ukuran dan bentuk, serta bagaimana bagian-bagian ruang itu
digunakan; termasuk didalamnya:
1. Pengaturan meja guru, lemari penyimpan dokumen, proyektor OHP dll
Maksudnya ialah ketiga sarana tadi harus dalam posisi yang berdekatan agar
mudah dijangkau oleh guru dalam mengembangkan interaksi pembelajaran bersama
siswa. Tidak ada yang baku untuk meletakkan benda-benda ini. Apakah harus di
posisi depan, samping atau belakang kelas.
2. Lemari Buku
Maksudnya ialah bahwa diruang belajar sebaiknya tersedia lemari buku, Lamari
ini berfungsi baik untuk siswa atau untuk guru. Tata letak tidak ada ketentuan
yang baku, hanya aspek estetika dan kepraktisan perlu diperhatikan. Namun
demikian untuk menjaga suasana kelas agar tetap asri hingga menimbulkan suasana
belajar yang kondusif, peletakan lemari buku juga perlu diperhatikan.
Perlengkapan yang dapat dimasukkan ke dalam lemari buku ini adalah di samping
buku ajar, juga alat-alat pendukung pembelajaran lainnya (OHP, LCD dll).
Termasuk hasil tugas siswa yang belum diambil, sehingga tidak ada alasan proses
pembelajaran tidak berjalan karena tidak ada peralatan.
Setelah kita memahami kelas sebagai sarana atau tempat proses belajar,
persoalan lebih lanjut ialah bagaimana mengelola kelas itu agar didalamnya
terjadi proses pembelajaran. Untuk itu kita dapat mengenal beberapa model dalam
pengelolaannya:
a. Model Interaksi Sosial
Model ini menekankan pada hubungan antarpeserta didik, peserta didik dengan
guru/fasilitator, antara peserta didik dengan alam sekitar. Metode belajar yang
paling utama dalam pendekatan ini antara lain diskusi, problem solving, metode
simulasi, bekerja kelompok, dan metode lain yang berhubungan dengan
berkembangnya hubungan sosial siswa.
b. Model Pembelajaran Alam Sekitar
Model ini menekankan pada bahwa peserta didik dalam mempelajari sesuatu harus
melihat langsung, atau merasakan langsung apa yang dipelajari. Minimal bahan
yang menjadi topik pengajaran harus yang dirasakan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
c. Model Pembelajaran Pusat Perhatian
Model ini berprinsip bahwa peseerta didik harus dididik untuk dapat hidup dalam
masyarakat dan dipersiapkan dalam msyarakat, anak harus diarahkan kepada
pembentukan individu dan anggota masyarakat. Oleh sebab itu peserta didik harus
mengenal dirinya sendiri seperti hasrat dan cita-citanya, kemudian pengetahuan
tentang dunianya seperti lingkungannya dan tempat hidup di hari depannya.
d. Model Pembelajaran Sekolah Kerja
Model ini berprinsip bahwa pendidikan itu tidak hanya untuk kepentingan
individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat; dengan kata lain sekolah
memiliki kewajiban (1) mempersiapkan tiap peserta didik untuk berkerja pada
lapangan tertentu (2) tiap peserta didik wajib menyumbangkan tenaganya untuk
kepentingan negara (3) untuk mewujudkan kedua hal tadi peserta didik wajib
menjaga keselamatan negara.
e. Model Pembelajaran Individual
Model pembelajaran ini didisain untk pembelajaran mandiri. Bentuk bentuk
pembelajaran ini antara lain pola pembelajaran modul. Penekanan pada model
pembelajaran individual adalah pada komitmen antara guru dan peserta didik.
f. Model Pembelajaran Klasikal
Model pembelajaran klasikal dikenal model yang paling efisien. Pembelajaran
secara klasikal ini memberikan arti bahwa seorang guru melakukan dua kegiatan
sekaligus, yaitu: mengelola kelas dan mengelola pembelajaran.
Pada prinsipnya semua model di atas adalah merupakan arahan kepada
penyelenggara pendidikan bahwa lembaganya dalam melaksanakan program
pendidikannya mengambil model yang mana. Akan tetapi dalam kenyataan praktiknya
ternyata model pengembangan di dalam kelas tetap berorientasi pada bagan
sebagai berikut:
1. PERUMUSAN TUJUAN
Menyusun tujuan instruksional
2. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Khusus yang operasional, teru menetapkan sumber bela-
tama perubahan perilaku yang jar dan metode pendekat-
diharapkan. an yang dipakai
5. EVALUASI BELAJAR
Menyusun test standar
yang akan digunakan dan
cara pengolahannya
3. PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Merumuskan bahan dan
materi pelajaran, mene-
tapkan alat kelengkapan
dan media yang akan
dipakai.
4. PELAKSANAAN
a. melakukan pre test
b. menyampaikan bahan
dan materi pelajaran
c. melakukan post test
d. mengadakan perbaikan
pembelajaran
C. PENGGUNAAN BERBAGAI METODE DALAM PROSES BELAJAR-
MENGAJAR.
Pada prakteknya seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya di dalam kelas
tidak lepas dari upaya menguasai kelas dan menyampaikan bahan pembelajaran
kepada peserta didik. Dalam kegiatan penyampaian tadi pada umumnya menggunakan
cara atau metoda tertentu. Walaupun dalam pelaksanaannya tidak terpaku pada
satu metode saja, dapat saja dilakukan secara elektif yaitu menggunakan
berbagai metoda. Namun pada umumnya metoda yang dipakai itu adalah sbb:
1. Metoda Ceramah
Metoda ini adalah cara klasik yang menempatkan guru sebagai sumber informasi
utama dalam proses pmbelajaran. Keunggulan metoda ini ialah mampu memberikan
informasi sekaligus pada peserta didik dalam jumlah banyak. Namun kelemahannya
metoda ini cukup banyak, diantaranya adalah penguasaan materi dan penguasaan
kelas sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran.
2. Metode Tanya Jawab
Teknik ini tidak sama dengan teknik intograsi. Tanya jawab dimaksud adalah agar
peserta didik dapat mengembangkan kreativitas berfikir, dan motivasi untuk
memahami bahan pembelajaran.
3.Metode Diskusi
Teknik ini paling efektif jika topik yang didiskusikan menarik perhatian
peserta didik. Jika tidak, maka diskusi, terutama diskusi kelompok, akan
menjadi kering dann tidak menghasilkan apa-apa.
4.Metode Demonstrasi
Teknik ini paling efektif jika apa yang akan didemonstrasikan menarik minat
peserta didik karena merasa kebutuhannya terpenuhi. Jika kondisi itu tidak
terjadi, maka tidak akan muncul kondisi interaktif yang menimbulkan proses
pembelajaran.
5.Metoda Sosiodrama
Teknik ini efektif jika tujuan yang akan kita capai adalah pada tataran
penghayatan. Perlu diingat penggunaan metoda ini yang menjadi obyek pelaku
adalah peserta didik, sementa guru adalah sutradara dari seluruh rangkaian
kegiatan ini.
6.Metoda Karyawisata
Teknik ini sangat efektif jika materi pembelajaran tidak mungkin di bawa kemuka
kelas. Peserta didik akan mendapatkan pengalaman psikologis langsung terhadap
obyek yang dikunjungi.
1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen berasal dari
bahasa Latin, yaitu dari kata manus yang berarti tangan dan agree berarti
melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja manager yang artinya
menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dalam bentuk kata
kerja to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk melakukan
kegiatan manajemen. Akhirnya, managementditerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi manajemen atau pengelolaan (Usman, 2004).
Sebagaimana yang diuraikan oleh Usman, bahwa manajemen menurut Mary Parker,
adalah suatu seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain. Definisi
dari Mary ini mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para manajer mencapai
suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk
melaksanakan apa saja yang pelu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara
melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri. Itulah manajemen,
Sejathi menguraikan bahwa, “arti dari manajemen adalah pengelolaan,
penyelenggaraan, ketatalaksanaan penggunaaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai tujuan/ sasaran yang diinginkan”. Dengan begitu, pengelolaan/ manajemen
adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat
berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sementara itu, pengertian
manajemen menurut Terry adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah
tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga
adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan
kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan
untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Lain halnya menurut Stoner & Freeman, manajemen adalah suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota
organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, manajemen adalah suatu kegiatan untuk menciptakan dan
memertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
di dalamnya mencakup pengaturan orang (siswa) dan fasilitas, yang
dikerjakan mulai terjadinya kegiatan pembelajaran di dalam kelas sampai
berakhirnya pembelajaran di dalam kelas.
2.Pengertian Kelas
Pengertian umum mengenai
kelas, yaitu sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama
dari guru yang sama pula. Sementara, kelas menurut pengertian umum dapat
dibedakan atas dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan
dari segi siswa. Nawawi memandang kelas dari dua sudut, (a)
Kelas dalam arti sempit yaitu, ruangan yang dibatasi oleh empat dinding, tempat
sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Kelas dalam
pengertian ini, mengandung sifat statis karena sekedar menunjuk pengelompokan
siswa menurut tingkat perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur
kronologis masing-masing. (b) Kelas dalam arti luas yaitu suatu masyarakat
kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.
Sementara iru, menurut Hamalik ”kelas adalah
suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat
pengajaran dari guru” . Sedangkan menurut Ahmad (1995:1) “kelas ialah
ruangan belajar dan atau rombongan belajar”. Sulaeman (2009) mengartikan bahwa
kelas dalam arti umum menunjukkan kepada pengertian sekelompok siswa yang ada
pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dan dari guru yang sama pula.
Kelas dalam arti luas merupakan bagian dari masyarakat kecil yang sebagian
adalah suatu masyarakat sekolah yang sebagian suatu kesatuan di organisasi
menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan kegiatan-kegiatan.
Menurut Hamiseno (2009) kelas adalah ruangan
yang digunakan untuk proses belajar mengajar yang efektif dan menguntungkan
serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.
Kelas merupakan taman belajar bagi siswa. Kelas adalah tempat bagi para siswa
untuk tumbuh dan berkembangnya potensi intelektual dan omosional.
Mengingat kelas hendaknya dimanajemen sedemikian rupa sehingga benar-benar
merupakan belajar yang nyaman dan menyenangkan. Sedangkan syarat-syarat kelas
yang baik (a) rapi,bersih,sehat, tidak lembab, (b) cukup cahaya yang
meneranginya, (c) sirkulasi udara cukup, (d) perabot dalam keadaan baik,cukup
jumlah dan ditata dengan rapi, dan (e) jumlah siswa tidak lebih dari 40
orang
3.Pengertian Manajemen Kelas
Pengertian manajemen kelas
dari beberapa pakar antara lain, Weber .W.A. (1988), mendefenisikan manajemen
kelas sebagai ompleks of teaching behavior of teacher efficient instruction”
yang mengandung pengertian bahwa segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan
suasana belajar yang efektif dan menyenangkan serta memotivasi murid agar dapat
belajar dengan baik. Eferstson dan Emmer mendeskripsikan manajemen sebagai
“those teacher behavior that produceshigh levels of student
infolfoment classroom activities and minimize student behaviors that interfiris
with dan pencapaianthe teachers or other students work and efficient use
of instructional time (1998). Houston at al (1988), menegaskan bahwa “Without
effective mamanagement the learning process student for interfering with
instruction“, yang mengandung pengertian bahwa tanpa manajemen yang efektif proses
belajar mengajar menjadi kacau sehingga guru akan menegur murid-muridnya yang
menggagu proses belajar mengajar.
Johson dan Bany, (1970) menguraikan bahwa manajemen kelas adalah merupakan
keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiagnosis
dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasan kelas terhadap aspek-aspek yang
perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: sifat kelas, pendorong
kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif. SementaraAdnan
Sulaeman (2009) mendefinisikan manajemen kelas merupakan serangkaian perilaku
guru dalam upaya menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan
peserta didik mencapai tujuan belajar mencapai tujuan belajar secara efesien
atau memungkinkan pesrta didik belajar dengan baik. Ahmad Sulaiman, (1995)
mendefinisikan manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk
mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif yang menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan.
Arikunto, (2006) mendefinisikan manajemen kelas adalah suatu usaha yang
dilakukan penanggung jawab kegiatan belajar mengajar apa yang membantu dengan
maksud agar dicapai kondisi yang optimal,sehingga dapat terlaksana kegiatan
belajar seperti yang diharapkan. Muliyasa (2006) mendefinisikan manajemen
kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran kondusif
dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.”
Berdasarkan pandangan pendekatan operasional tertentu (Disarikan dari Wiford
A. Weber, 1986) manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan dan memertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan
disiplin (pendekatan otoriter), yang terdiri atas perangkat-perangkat, yakni
(1) Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban
suasana kelas melalui intimidasi (pendekatan intimidasi). (2) Seperangkat
kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan permisif). (3)
Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti
petunjuk/ resep yang telah di sajikan (pendekatan buku masak). (4) Seperangkat
kegiatan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan
pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan instruksional).
(5) Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik
yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan
(pendekatan pengubahan tingkah laku). (6) Seperangkat kegiatan guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio emosional kelas
yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosioemosional). (7) Seperangkat
kegiatan guru untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas
yang efektif (pendekatan sistem sosial) Arikunto, (2004).
Selaian definisi di atas, definisi manajemen kelas atau pengelolaan kelas yang
dipetik dari informasi Pendidikan Nasional bahwa ada lima definisi pengelolaan
kelas sebagaimana berikut ini.
1. Pengelolaan kelas yang bersifat otoritatif, yakni
seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan memertahankan ketertiban
suasana kelas, disiplin sangat diutamakan.
2. Pengelolan kelas yang bersifat permisif, yakni pandangan
ini menekankan bahwa tugas guru ialah memaksimalkan perwujudan kebebasan siswa.
Dalam hal ini guru membantu siswa untuk merasa bebas melakukan hal yang ingin
dilakukannya. Berbuat sebaliknya berarti guru menghambat atau menghalangi
perkembangan anak secara alamiah.
3. Pengelolaan kelas yang berdasarkan
prinsip-prinsip pengubahan tingkah laku (behavioral modification), yaitu
seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang
diinginkan dan mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan.
Secara singkat, guru membantu siswa dalam memelajari tingkah laku yang tepat
melalui penerapan prinsip-prinsip yang diambil dari teori penguatan
(reinforcement).
4. Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim
sosio-emosional yang positif di dalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran
dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal di dalam kelas
yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini
guru memegang peranan kunci. Peranan guru ialah mengembangkan iklim
sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal
yang sehat. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional
kelas yang positif.
5. Pengelolaan kelas yang bertolak dari anggapan bahwa
kelas merupakan sistem sosial dengan proses kelompok (group process) sebagai
intinya. Dalam kaitan ini dipakailah anggapan dasar bahwa pengajaran
berlangsung dalam kaitannya dengan suatu kelompok. Dengan demikian, kehidupan
kelas sebagai kelompok dipandang mempunyai pengaruh yang amat berarti terhadap
kegiatan belajar, meskipun belajar dianggap sebagai proses individual. Peranan
guru ialah mendorong berkembangnya dan berprestasinya sistem kelas yang
efektif. Dengan demikian, pengelolaan kelas ialah seperangkat kegiatan guru
untuk menumbuhkan dan memertahankan organisasi kelas yang efektif (Depdikbud,
1982).
4. Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen Kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan
pendidikan secara umum. Menurut Sudirman (2000), tujuan manajemen kelas
adalah penyediaan pasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang
disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana
sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual,
emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.
Suharsimi Arikunto,(2004), berpendapat bahwa tujuan manajemen
kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga
segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Untuk lebih
jelasnya Arikuno menguraikan rincian tujuan Manajemen Kelas,
sebagaimana berikut ini.
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai
lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta
didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi
terwujudnya interaksi pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar
yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan siaoal,
emosional dan intelek siswa dalam belajar.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang
sosial,ekonomi,budaya,serta sifat-sifat individunya. Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen, (1996).
5. Ruang Lingkup Manajemen Kelas
a. Manajemen kurikulum
Kurikulum adalah suatu cakupan kerja yang digunakan oleh seorang guru sebagai
pedoman yang akan dicapai di dalam proses belajar mengajar. Jadi manajemen
kurikulum adalah sebuah perencanaan atau pengarahan untuk menyelesaikan
kurukulum tersebut.
b. Manajemen peserta didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi
diri melalui proses pembelajaran yang tersedia baik dari jalur jenjang dan
jenis pendidikan tertentu. Jadi, manajemen peserta didik adalah suatu proses
kegiatan yang rencanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan secara kontinu
terhadap seluruh peserta didik (dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan)
agar dapat mengikuti PBM dengan efektif dan efesien, UUSPN (2003 ).
c. Kegiatan akademik
Kegiatan akademik dikategorikan sebagai kegiatan PBM (teaching), diantaranya membuat
persiapan sebelum mengajar, melaksanakan pengajaran yang telah dipersiapkan,
dan menilai sejauh mana pelajaran yang sudah disajikan itu berhasil dan
dikuasai peserta didik
d. Kegiatan administratif
Kegiatan administratif dikategorikan sebagai kiegiatan "non
teaching" sebagai kondisi-kondisi yang perlu diperhatikan guru bagi
kelancaran mengajarnya seperti kegiatan-kegiatan procedural, dan kegiatan
organisasional.
Berdasarkan uraian di atas, selanjutnya ruang lingkup manajemen kelas dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a. Fisik, pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal
yang bersifat fisik mencakup pengaturan siswa dalam belajar, ruang belajar, dan
perabot kelas.
b. Nonfisik pengelolaan kelas yang memfokuskan pada aspek
interaksi siswa dengan siswa lainnya, siswa dengan guru dan lingkungan kelas
atau sekolahnya sebelum, selama, dan setelah pembelajaran. Atas dasar ini aspek
psikologis, social, dan hubungan interpersonal perlu diperhatikan. Imam gunawan